Dalam proses pembelajaran, seseorang membutuhkan empat aspek dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penilaian. Di antara keempat jenis dukungan tersebut, dukungan penilaian, yang bertujuan untuk membantu seseorang mengevaluasi dirinya (self-evaluation), sangat berkaitan dengan pemberian umpan balik.
Umpan balik adalah informasi lisan atau tertulis yang diberikan dan diterima mengenai apa yang telah dilakukan sebelumnya, dengan fokus pada pengembangan orang lain untuk masa depan. Umpan balik memungkinkan seseorang untuk melihat zona buta (blind spot) sehingga mereka dapat memperluas pemahaman di luar sudut pandang diri sendiri. Ini memberikan wawasan tentang diri mereka yang mungkin tidak disadari sebelumnya karena seseorang tidak selalu bisa melihat dirinya seperti yang dilihat oleh orang lain. Umpan balik bertujuan untuk membantu seseorang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tujuan mereka, untuk perbaikan dan peningkatan kualitas diri yang berkelanjutan.
Secara garis besar, ada dua bentuk umpan balik yang dikenal:
- Umpan Balik Non Formal: Biasanya, umpan balik informal diberikan ketika memfasilitasi pertemuan, melakukan presentasi, menjawab pertanyaan tentang pekerjaan, atau saat terjadi diskusi. Umpan balik ini mungkin tidak direncanakan, tidak diberikan secara konsisten, dan dapat disesuaikan dengan situasi yang muncul. Jika Anda tidak siap, lebih baik tidak memberikan atau menerima umpan balik. Umpan balik tidak hanya terjadi saat seseorang membutuhkan perbaikan, tetapi juga peningkatan. Umpan balik paling baik diterima ketika seseorang memintanya, baik secara langsung seperti “Saya ingin mendapatkan umpan balik dari Anda” atau secara tidak langsung seperti “bagaimana penampilan saya saat memberikan presentasi tadi?”. Namun, ketika Anda ingin memberikan umpan balik ketika orang lain tidak meminta, Anda dapat menawarkan diri untuk memberikan umpan balik.
- Umpan Balik Formal: Umpan balik formal dibuat secara konsisten untuk penerima. Sering kali umpan balik formal sudah terjadwal sebelumnya dan memiliki rubrik. Siap atau tidak siap, umpan balik harus terjadi. Misalnya, saat supervisi akademik.
Kita sering mengabaikan pentingnya umpan balik agar seseorang dapat melangkah ke masa depan. Pada dasarnya, seseorang bisa mengubah diri menjadi lebih baik di masa depan. Hanya memberi umpan balik dengan kalimat “Anda hebat,” “penampilan Anda bagus sekali,” atau “Anda keren,” juga tidak akan mengubah apapun. Ketika umpan balik hanya memberitahu tentang kesalahan, itu tidak membantu seseorang menjadi lebih baik. Sebaliknya, itu akan membuat seseorang merasa tidak nyaman, tidak berdaya, bersalah, atau bahkan malu dan merasa bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukan. Ini bisa membuat seseorang lupa tentang komitmen dan melihat ke depan. Seseorang yang mendapatkan umpan balik seperti ini akan melepaskan kortisol (hormon stres), yang memicu reaksi ancaman dan memblokir fungsi otak tingkat tinggi (lobus frontal) yang berpikir, rasional, dan membuat keputusan. Amigdala – bagian dari sistem limbik di otak manusia – akan aktif, bagian dari otak bawah sadar akan beroperasi secara reaktif, dan itu akan berlanjut menjadi sikap defensif.
Umpan balik bukanlah untuk menjatuhkan, tetapi untuk memberdayakan orang lain. Umpan balik yang memberdayakan akan mendorong orang lain untuk terus mengasah keterampilan mereka, mengembangkan area peningkatan, dan secara umum menciptakan hubungan yang positif di tempat kerja. Umpan balik yang memberdayakan juga dapat dilihat dari cara seseorang mendorong orang lain untuk mengenali kelemahan dan kekuatan, kebutuhan, pencapaian, atau keberhasilan, dan tindaklanjuti. Dengan cara ini, penerima umpan balik dapat merenung, melakukan perbaikan, dan terus meningkatkan diri.
Memberi umpan balik adalah salah satu keterampilan penting dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpan balik menjadi aspek kunci dari setiap pekerjaan kolaboratif untuk memberdayakan pemberi dan penerima umpan balik itu sendiri. Umpan balik adalah alat pembelajaran yang bermanfaat, dan memberikan umpan balik adalah praktik instruksional yang direkomendasikan. Untuk itu, Pengajar Praktik perlu memanfaatkan umpan balik sebagai salah satu bagian untuk mendukung proses belajar Calon Guru Penggerak yang didampingi dan untuk membantu Calon Guru Penggerak memberdayakan diri.
II. Model Umpan Balik EPIK
Untuk membantu Anda dalam memberikan umpan balik yang baik dan memberdayakan Calon Guru Penggerak saat pendampingan, Anda akan diperkenalkan dengan model bantu EPIK (Empati, Posisi, Intensi, dan Kualitas). Model EPIK adalah terjemahan dari model asli EPIQ (Empati, Posisi, Intensi, Kualitas) yang dirancang oleh Victor Cessan. Model EPIK digunakan sebagai fondasi untuk memahami kebutuhan penerima umpan balik dan akan membantu Anda menentukan dimensi yang akan Anda gunakan saat memberikan umpan balik. Model ini terdiri dari empat dimensi yang akan dijabarkan ke dalam komponen dan panduan pertanyaan sebagai titik awal dalam memberikan umpan balik.
Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
- Dimensi Intensi: Intensi adalah niat, maksud, atau tujuan Anda sebelum memberikan umpan balik. Anda perlu memahami maksud dan tujuan umpan balik Anda, dan kemudian dapat mengomunikasikannya kepada penerima umpan balik. Anda perlu tahu mengapa dan untuk apa Anda memberikan umpan balik. Kemampuan untuk mengomunikasikan niat Anda dengan jelas akan memiliki dampak besar pada cara penerima umpan balik merespons dan merenunginya. Penting untuk selalu memiliki niat positif yang berorientasi pada pembangunan dan peningkatan.
- Dimensi Empati: Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, perspektif, dan kebutuhan orang lain. Anda harus memahami kebutuhan dan perasaan penerima umpan balik. Kemampuan ini membantu Anda untuk menyesuaikan umpan balik Anda dengan cara yang meminimalkan pertahanan dan membuat penerima umpan balik merasa didengar dan dipahami. Penting untuk mendekati penerima umpan balik dengan sikap terbuka dan empati, tanpa prasangka atau asumsi.
- Dimensi Posisi: Posisi adalah sudut pandang atau perspektif yang Anda miliki ketika memberikan umpan balik. Anda harus memahami bagaimana posisi Anda dapat memengaruhi cara penerima umpan balik menerima dan meresponsnya. Ini berkaitan dengan kekuasaan, otoritas, dan perasaan penerima umpan balik. Posisi yang kuat dapat membuat penerima umpan balik merasa terancam, sementara posisi yang rendah dapat membuat mereka merasa tidak dihargai. Posisi yang baik adalah posisi yang mengutamakan kesejahteraan dan perkembangan penerima umpan balik.
- Dimensi Kualitas: Kualitas adalah kualitas umpan balik itu sendiri, yaitu sejauh mana umpan balik mengandung informasi yang berguna dan relevan, disampaikan dengan cara yang jelas dan dapat diterima, serta memberikan panduan yang konstruktif untuk perbaikan. Kualitas umpan balik sangat penting, karena umpan balik yang kabur, tidak relevan, atau tidak jelas hanya akan membuat penerima umpan balik bingung dan frustrasi. Umpan balik yang berkualitas akan membantu penerima umpan balik untuk melihat peluang perbaikan dan tindakan yang konkret.
Dengan memahami keempat dimensi ini dan mengintegrasikannya ke dalam pendekatan memberikan umpan balik Anda, Anda dapat memberikan umpan balik yang lebih efektif, memberdayakan penerima umpan balik, dan mempromosikan pembelajaran yang berkelanjutan.
Dalam proses pembelajaran, seseorang membutuhkan empat aspek dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan penilaian. Salah satu aspek tersebut, yaitu dukungan penilaian (appraisal support), sangat berkaitan dengan pemberian umpan balik.
Umpan balik adalah informasi lisan atau tertulis yang diberikan dan diterima tentang apa yang telah dilakukan sebelumnya, dengan fokus pada pengembangan individu untuk masa depan. Umpan balik memungkinkan seseorang untuk melihat hal-hal yang mungkin tidak disadari sebelumnya, karena seseorang tidak selalu bisa melihat dirinya seperti yang dilihat oleh orang lain. Tujuan umpan balik adalah untuk membantu seseorang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tujuannya, untuk perbaikan dan peningkatan kualitas diri yang berkelanjutan.
Secara umum, ada dua bentuk umpan balik yang dikenal, yaitu:
- Umpan Balik Non Formal:
- Biasanya diberikan secara informal, misalnya saat memfasilitasi pertemuan, melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, atau saat terjadi diskusi.
- Umpan balik ini mungkin tidak direncanakan, tidak konsisten, dan dapat disesuaikan dengan situasi yang muncul.
- Umpan balik paling baik diterima ketika seseorang memintanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Umpan balik harus memberdayakan, bukan merendahkan, dan sebaiknya hanya diberikan jika memang diperlukan.
- Umpan Balik Formal:
- Biasanya direncanakan sebelumnya dan memiliki format tertentu, seringkali dengan rubrik.
- Umpan balik formal ini dapat terjadi secara berkala, seperti dalam supervisi akademik.
Umpan balik seringkali diabaikan, padahal sangat penting dalam membantu seseorang berkembang ke arah yang lebih baik di masa depan. Memberikan umpan balik hanya dalam bentuk pujian umum seperti “Anda hebat” atau “penampilan Anda bagus sekali” tidak akan memberikan manfaat yang signifikan. Umpan balik yang hanya menyoroti kesalahan tanpa memberikan solusi atau bimbingan yang konstruktif juga tidak membantu. Sebaliknya, jenis umpan balik seperti itu dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, stres, dan mungkin merasa tidak mampu untuk perbaikan.
Umpan balik seharusnya tidak digunakan untuk menjatuhkan seseorang, melainkan untuk memberdayakan. Umpan balik yang memberdayakan akan mendorong seseorang untuk terus mengasah keterampilan mereka, mengenali kekuatan dan kelemahan, serta berfokus pada pencapaian tujuan mereka. Dengan cara ini, penerima umpan balik dapat melakukan refleksi, perbaikan, dan peningkatan yang berkelanjutan.
Memberikan umpan balik adalah keterampilan yang penting dalam berbagai konteks, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Umpan balik bukan hanya alat pembelajaran yang bermanfaat, tetapi juga merupakan praktik instruksional yang direkomendasikan. Oleh karena itu, pengajar praktik perlu menggunakan umpan balik sebagai salah satu cara untuk mendukung proses belajar Calon Guru Penggerak yang mereka dampingi dan membantu mereka dalam pengembangan diri.
II. Model Umpan Balik EPIK
Untuk membantu Anda memberikan umpan balik yang efektif dan memberdayakan Calon Guru Penggerak selama proses pendampingan, kami akan memperkenalkan kepada Anda model EPIK (Empati, Posisi, Intensi, dan Kualitas). Model EPIK adalah terjemahan dari model EPIQ yang dirancang oleh Victor Cessan. Model ini akan membantu Anda memahami aspek-aspek yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik.
Model EPIK terdiri dari empat dimensi yang akan dibahas dengan lebih rinci, beserta pertanyaan panduan yang bisa Anda gunakan sebagai titik awal saat memberikan umpan balik:
- Dimensi Intensi:
- Intensi adalah niat, maksud, atau tujuan Anda sebelum memberikan umpan balik.
- Anda perlu memahami alasan dan tujuan Anda memberikan umpan balik dan dapat mengkomunikasikannya kepada penerima umpan balik.
- Terdapat empat komponen dalam dimensi Intensi, yaitu: a. Meningkatkan Kinerja: Tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan kinerja mereka dalam keahlian atau profesi mereka. b. Meningkatkan Kesadaran Diri: Tujuan untuk membantu seseorang belajar dan merenung tentang diri mereka sendiri, termasuk pola pikir, respons terhadap stres, kebiasaan, dan lainnya. c. Mengembangkan Hubungan: Tujuan untuk membangun hubungan interpersonal yang lebih positif. d. Memberi Energi: Tujuan untuk membantu seseorang membangun kepercayaan diri, harga diri, inspirasi, semangat, dan motivasi.
Pertanyaan reflektif untuk dimensi Intensi: a. Apa niat Anda dalam memberikan umpan balik? b. Mengapa Anda ingin memberikan umpan balik? c. Apa yang ingin Anda capai dengan umpan balik Anda? d. Jika umpan balik Anda berhasil, apa yang ingin Anda lihat terjadi? e. Untuk kepentingan siapa Anda mempertimbangkan untuk memberikan umpan balik?
Penting untuk menghindari memberikan umpan balik hanya untuk tujuan superioritas pribadi. Umpan balik seharusnya tidak digunakan untuk merendahkan orang lain.
- Dimensi Posisi:
- Posisi menentukan cara Anda memberikan umpan balik dan bagaimana penerima umpan balik akan meresponsnya.
- Terdapat tiga komponen dalam dimensi Posisi, yaitu: a. Dinamika Kekuasaan: Memahami bagaimana dinamika kekuasaan dapat memengaruhi umpan balik yang Anda berikan. Penting untuk menciptakan kesetaraan dalam hubungan. b. Izin/Persetujuan: Meminta izin sebelum memberikan umpan balik dan memastikan bahwa penerima umpan balik siap menerimanya. c. Persepsi Terhadap Kredibilitas: Persepsi penerima umpan balik tentang kredibilitas Anda sebagai pengirim umpan balik.
Pertanyaan reflektif untuk dimensi Posisi: a. Bagaimana Anda akan mengatur posisi Anda saat memberikan umpan balik? b. Apakah ada faktor-faktor kekuasaan yang perlu dipertimbangkan dalam konteks ini? c. Apakah Anda perlu meminta izin sebelum memberikan umpan balik? d. Apakah penerima umpan balik merasa Anda memiliki kredibilitas untuk memberikan umpan balik ini?
- Dimensi Empati:
- Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan dan perspektif orang lain.
- Memahami emosi dan perasaan penerima umpan balik adalah kunci untuk memberikan umpan balik yang efektif dan bermanfaat.
- Penting untuk mendengarkan dengan empati dan menghormati perasaan penerima umpan balik.
Pertanyaan reflektif untuk dimensi Empati: a. Bagaimana Anda akan memastikan bahwa Anda memahami perasaan dan perspektif penerima umpan balik? b. Apakah ada emosi yang mungkin muncul saat menerima umpan balik ini? c. Bagaimana Anda akan menunjukkan empati selama proses memberikan umpan balik? d. Bagaimana Anda akan mengatasi perasaan penerima umpan balik jika mereka merasa terluka atau terancam?
- Dimensi Kualitas:
- Kualitas mengacu pada kualitas umpan balik yang diberikan. Umpan balik harus spesifik, konstruktif, dan berorientasi pada perkembangan.
- Pemberian umpan balik yang baik mencakup mengidentifikasi kekuatan dan peluang untuk perbaikan.
- Kualitas umpan balik dapat mempengaruhi efektivitas dan penerimaan umpan balik.
Pertanyaan reflektif untuk dimensi Kualitas: a. Bagaimana Anda akan memastikan bahwa umpan balik Anda konkret dan spesifik? b. Bagaimana Anda akan memastikan umpan balik Anda berorientasi pada pengembangan dan perbaikan? c. Apakah Anda akan memberikan contoh konkret atau rekomendasi? d. Bagaimana Anda akan mengukur kualitas umpan balik Anda?
Setelah mempertimbangkan empat dimensi tersebut, Anda dapat merancang umpan balik yang lebih efektif dan bermanfaat. Ingatlah bahwa tujuan umpan balik adalah untuk membantu seseorang tumbuh dan berkembang. Semoga model EPIK membantu Anda dalam memberikan umpan balik yang memberdayakan Calon Guru Penggerak yang Anda dampingi.