REFLEKSI MODEL FSB
Model Fridge, Suitcase, Bin (FSB) adalah pendekatan unik dalam memahami dan mengelola tugas dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. FSB menggambarkan tiga wadah kiasan yang digunakan untuk merenungkan dan mengorganisir pekerjaan dan komitmen kita. Mari kita refleksi model FSB ini lebih lanjut.
1. **Fridge (Kulkas)**: Fridge dalam model FSB mewakili tugas-tugas dan komitmen yang sangat penting dan mendesak. Ini mencakup hal-hal yang harus segera diselesaikan, seperti tenggat waktu kerja atau kewajiban keluarga yang mendesak. Pada kulkas, kita biasanya meletakkan makanan yang perlu segera dimakan agar tetap segar. Demikian pula, dalam hidup, kita memiliki tugas-tugas yang memerlukan perhatian segera.
2. **Suitcase (Koper)**: Suitcase melambangkan tanggung jawab dan kegiatan yang penting, tetapi tidak begitu mendesak. Ini bisa termasuk proyek jangka panjang, rencana liburan, atau pengembangan diri. Seperti saat kita merencanakan perjalanan, kita juga harus merencanakan dan mengatur waktu untuk menjalankan tanggung jawab dan kegiatan ini.
3. **Bin (Tempat Sampah)**: Bin adalah wadah yang berisi hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan atau tidak memberi manfaat. Dalam model FSB, ini mencakup tugas-tugas atau komitmen yang sebaiknya kita lepaskan atau hindari. Terkadang, kita terlalu membebani diri dengan hal-hal yang tidak memberi kontribusi positif dalam hidup kita, dan bin mengingatkan kita untuk membuang hal-hal tersebut.
Refleksi terhadap Model FSB membantu kita untuk lebih bijaksana dalam mengatur waktu dan energi kita. Ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi prioritas, membedakan antara tugas mendesak, penting, dan yang tidak perlu, serta merencanakan tindakan sesuai. Dengan pendekatan ini, kita dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hidup kita, menjalankan tugas-tugas yang benar-benar penting, dan menghindari terjebak dalam hal-hal yang tidak bermanfaat.
Contoh
1. Sesuatu yang akan Anda simpan dan dipergunakan di kemudian hari
Pendidikan yang memerdekakan, yang diilhami oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara, bertujuan untuk memerdekakan individu secara fisik dan mental. Konsep ini menekankan pentingnya kemandirian, di mana individu dapat mandiri tanpa ketergantungan pada orang lain, serta memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat. Penting untuk dicatat bahwa pembelajaran tidak selalu harus terjadi di dalam ruang kelas. Tenaga pendidik juga bisa memanfaatkan pengetahuan dan keahlian masyarakat yang memiliki keahlian khusus dalam berbagai bidang untuk memperluas wawasan anak-anak. Kolaborasi antara guru, sekolah, wali murid, dan masyarakat sangat penting untuk mengoptimalkan pendidikan yang memerdekakan. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas dan bervariasi, yang memungkinkan setiap individu tumbuh dan berkembang secara lebih baik.
2. Sesuatu yang akan bawa dan dipergunakan dalam waktu dekat atau sesering mungkin.
Pembelajaran yang berpihak pada murid serta mampu mewujudkan pendidikan yang memerdekakan yaitu pendidikan yang mendorong perkembangan minat dan bakat siswa secara bebas dan mandiri. Ini bertujuan mencapai tujuan hidup yang menjadi cita-cita mereka dengan penuh tanggung jawab, tanpa adanya paksaan, tetapi berdasarkan keinginan sendiri.
3.Sesuatu yang akan Anda buang atau Anda hindari setelah hari ini.
Anda telah memberikan tiga masalah dalam konteks pembelajaran. Berikut adalah ringkasan masing-masing masalah:
1. Praktik pembelajaran tertutup dan kurangnya kerjasama dengan masyarakat dan orang tua/wali murid, yang dapat menghambat perkembangan pendidikan.
2. Pembelajaran yang terasa memaksa dan monoton, yang dapat mengurangi minat dan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dimulai tanpa pemetaan sumber daya internal dan eksternal sekolah, yang dapat menghambat perencanaan dan pengembangan pendidikan yang efektif.